Views: 65
Views: 65

Historical Walking Tour atau dalam bahasa kekinian disebut jalan-jalan sejarah ini merupakan sebuah kegiatan dalam rangka healing sekaligus merawat ingatan tentang sejarah yang ada di Kota Surakarta. Kegiatan ini dimotori oleh teman-teman HMP Ganesha dan berkolaborasi dengan Solo Societiet. Solo Societiet sendiri merupakan komunitas penggiat sejarah lokal yang fokusnya di kota Solo dan menjadi komunitas yang memiliki reputasi luar biasa dikancah persejarahan Surakarta. Kegiatan ini pada dasarnya berangkat dari keresahan mahasiswa Pendidikan Sejarah karena banyaknya kegiatan ataupun tugas kuliah yang membuat boring dan jenuh, sehingga teman-teman HMP Ganesha berinisiatif membuat kegiatan yang dapat memecah rasa bosan mahasiswa.
Kegiatan ini dilangsungkan pada hari Sabtu 18 November 2023 di lingkungan Baluwarti, Keraton Kasunanan Surakarta. Sebelum pelaksanaan, ada pendaftaran bagi mahasiswa yang berminat mengikuti trip walking-walking ini. Kegiatan ini dikhususkan untuk teman-teman Pendidikan Sejarah lintas angkatan, jadi semua angkatan dapat mengikuti kegiatan ini namun dengan kuota yang terbatas. Dari pihak panitia menyediakan 40 slot bagi teman-teman yang ingin mengikuti kegiatan ini. Pengumuman tentang kegiatan ini dimasifkan sedari hari Senin 13 November hingga Kamis 16 November, dari pihak Solo Societiet memberi waktu konfirmasi jumlah peserta selambat-lambatnya H-3 sebelum kegiatan dikarenakan kita akan memasuki lingkungan atau Ndalem yang bersifat private dan tidak ada dalam tour reguler Keraton sehingga membutuhkan perizinan untuk dapat meakses kesana. Harga atau tiket yang harus dibayar oleh teman-teman untuk mengikuti kegiatan ini sangat terjangkau, yakni 20 ribu saja. Dengan nominal 20 ribu, selain akan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru, peserta juga akan mendapatkan snack agar perut tidak keroncongan saat jalan-jalan nantinya, hehehe.
Dalam waktu 4 hari, antusias mahasiswa Pendidikan Sejarah cukup besar. Awalnya panitia hanya menyediakan 40 slot harus menambah jumlah kapasitas karena besarnya antusias dari mahasiswa Pendidikan Sejarah, akhirnya kuota ditambah sampai 60 slot. Hal ini wajar karena dalam sejarah prodi Pendidikan Sejarah, mungkin baru kali ini diadakan kegiatan seperti ini walaupun teman-teman juga dapat mengikuti kegiatan ini secara mandiri atau perseorangan diluar sana. Namun, ada daya tarik tersendiri apalagi tema yang diusung adalah “Ndalem Pangeran” dimana menurut pihak Solo Societiet nanti kita akan mengeksplor Ndalem atau kediaman para Pangeran sejak jaman berdirinya Keraton Kasunanan (1745) hingga yang masih eksis sampai sekarang, kita juga mendapat privilage untuk mengakses tempat-tempat yang private dikunjungi masyarakat dalam tour di Keraton pada umumnya.
Setelah pendaftaran ditutup dan sudah memenuhi kuota yang disediakan, tibalah hari yang dinanti yakni Sabtu pagi 18 November 2023 ketika matahari dengan dengan berani menyinari kota Solo. Walaupun terik panas matahi menyengat tubuh para peserta, mereka dengan semangat sudah mulai berkumpul pada titik kumpul di Kori Kamandungan. Cuaca saat itu sangat cerah dan mendukung untuk melakukan kegiatan jalan-jalan dan explore sejarah di Ndalem Pangeran. Setelah melakukan kordinasi dengan teman-teman peserta, kita memulai perjalanan untuk memanen cerita.

Langkah kami terhenti dipemberhentian pertama, yakni di Ndalem Sasono Mulyo. Disana kita mulai dijelaskan tentang asal-usul bangunan tersebut. Mulai dari dulunya sebagai tempat bermusik para abdi dalem hingga pernah menjadi tempat penampungan tahanan PKI. Selain itu, bangunan ini menjadi tempat pernikahan dan persemayaman. Bangunan ini sudah berdiri sebelum bangunan Keraton Kasunanan berdiri. Dahulu, tempat ini digunakan sebagai lokasi transit barang-barang oleh Pakubuwono II dari Keraton Kartasura sembari menunggu pembangunan Keraton yang baru rampung. Ndalem ini dikhusukan untuk Putra Mahkota penerus Susuhunan. Kita juga dijelaskan tentang filosofi yang ada disetiap unsur yang terdapat dibangunan ini, seperti unsur warna kuning gading yang memiliki makna sebagai simbol kebesaran. Uniknya, bangunan jaman dahulu dibuat tanpa menggunakan satu pun paku sebagai perekatnya. Oleh karena itu, bangunan ini masih eksis dan kokoh berdiri dari jaman dahulu sampai sekarang.

Setelah dari Ndalem Sasono Mulyo, kaki kita kembali diajak menyusuri jalan dan menuju tempat tujuan selanjutnya. Ditengah perjalanan kita sempat berhenti sejenak didepan Taman kanak-kanak Pribumi pertama yang berada dikomplek Baluarti. Sekolah ini dibangun pada tahun 1930-an. Setelah berfoto ria sejenak, kita melanjutkan perjalanan kita menuju Ndalem Suryo Hamijoyo. Rumah ini dimiliki oleh Suryo Hamijoyo, paman dari Susuhanan Pakubuwono XII atau nama aslinya Raden Mas Suryo Guritno. Pada jaman sebelum kemerdekaan, Suryo Hamijoyo masuk dalam daftar anggota BPUPKI. Namun karena ada kendala perizinan, kita hanya dapat melihat bangunan tersebut dari luar tembok dan melalui sela-sela pagar saja.

Lalu kita melanjutkan perjalanan dan berhenti di Ndalem Purwodiningrat. Ndalem ini dahulu menjadi tempat transit Susuhunan Pakubuwono II saat pembangunan Keraton yang baru. Bersama dengan Ndalem Sasono Mulyo, bangunan ini dipercaya sebagai tempat ritual untuk melanggengkan kekuasaan. Bangunan ini tidak memiliki warna, hanya ada warna dari kayu yang diambil dari alas Donoloyo. Disini kita juga dijelaskan tentang makna “sesajen”, sajen ini bukan berarti kita percaya terhadap hal-hal yang mistis namun kita sebagai manusia yang percaya keberadaan mereka memberika sesajen atau sesajian sebagai tindakan beramal. Orang jaman dahulu memiliki anggapan jika mereka sudah berkecukupan, apa salahnya berbagai kepada mereka (entitas yang tidak terlihat). Sesajen ini merupakan bentuk riil harmoni kebudayaan Jawa. Di Ndalem Purwodiningrat ini kita juga dapat mengakses beberapa tempat private dan berfoto disana sembari meluruskan kaki yang sudah merasa pegal karena perjalanan yang sudah kita lalui.
Selanjutnya kita memasuki lingkungan Ndalem yang pernah menjadi saksi gerakan perempuan yang muncul dan berkembang dari dalam lingkungan Keraton. Ndalem ini juga menjadi saksi bisu kejayaan “Putri Narpo Wandowo” yang lahir di era Susuhunan Pakubuwono X. Organisasi ini menjadi salah satu organisasi perempuan tertua di Indonesia. Setelah itu kita melangkah keluar dan menyeberangi jalan, didepan kita sudah berdiri bangunan yang saat ini menjadi SMK Kasatriyan. Sekolah ini dahulu dikhususkan untuk putri-putri kerajaan dan uniknya bangunan ini sedikit menjorok kedalam, karena dahulu orang-orang yang bersekolah disini berangkat dan pulang naik kendaraan. Jadi bangunan menjorok itu dimaksudkan sebagai tempat transit naik dan turun serta parkir kereta kuda. Sekolah ini berdiri sejak 1927 pada era Susuhunan Pakubuwono X yang waktu itu putri kesayangannya Gusti Sembayun, anak dari permaisuri Gusti Hemas ingin bersekolah. Dahulu nama sekolah ini adalah Pamardi Putri. Setelah menyusuri jalan yang cukup terik karena matahari seperti diatas kepala kita, akhirnya kita sampai ke Ndalem Purohamijayan. Bangunan ini masih sangat kokoh dan yang paling baik kondisinya dari Ndalem yang kita kunjungi sebelumnya. Ndalem Purwohamijayan sampai saat ini sering digunakan sebagai tempat pertemuan dan pernikahan.
Dan akhirnya perjalanan kita yang berlangsung selama kurang lebih 3 jam sudah selesai, kegiatan ditutup dengan closing statement dari pihak Solo Societiet dan dilanjutkan sesi foto bersama. Para peserta sangat antusias dan menikmati perjalanan trip ini, karena perjalanan kali ini menyuguhkan sebuah pengalaman yang tidak bisa didapat ditempat lain. Kegiatan ini bertujuan untuk menapaki masa lalu dan merawat ingatan kita terhadap kekayaan sejarah dan budaya yang ada di Surakarta khusunya diarea Keraton Kasunanan. Selain itu, kegiatan juga dapat merangsan tumbuhnya kesadaran sejarah (historical awareness) terutama dalam konteks sejarah lokal. Dari pihak panitia berharap kegiatan ini dapat menjadi agenda rutin nantinya dan akan menjadi tempat bagi mahasiswa prodi Pendidikan sejarah dalam menggali dan memanen cerita serta kita tentang tempat-tempat bersejarah yang ada di Kota Surakarta. Belajar masa lalu, Menatap masa depan!